Dimanakah Allah ? Dia jauh ataukah dekat ?
dan kenapa untuk bertemu dengannya mesti lewat cara shalat ? pertanyaan itu
menjadi guidance dalam proses pencarian. Ketika melihat titik terang. Bahwa
Allah “ternyata begitu dekat” dengan kita, ketika kita “menyadari” betapa dekat
nya dia. Dan Allah, tiba tiba “terasa begitu jauh” ketika kita ”tidak
menyadari” atau “lupa menyadari” kehadirannya.
Meskipun, kenyataannya, Allah sangatlah
dekat dengan kita, bahkan lebih dekat dari urat leher kita sendiri (QS. 50 :
16). Dia juga meliputi langit dan bumi, termasuk kita dan seluruh mahluknya
(QS. 4 : 126). Namun “Kehadirannya” dalam kehidupan kita, ternyata seiring dan
sesuai dengan kualitas kesadaran yang kita bangun. Ya, di “KESADARAN” itulah
“TITIK TEMU” kita dengan Allah.
Maka, kita melihat, betapa pertemuan dengan
Allah itu bergantung kepada kemampuan kita membangun kualitas kesadaran kita.
Ini memang tidak mudah, karena kesadaran kita terkadang naik, kadang turun.
(kemampuan untuk “melihat” dan “merasakan” hakekat suatu kejadian).
Kalau seseorang mengalami suatu kejadian
tetapi dia tidak bisa “melihat” dan “merasakan” makna yang terkandung
didalamnya, maka dia sesungguhnya tidak dalam keadaan “sadar”. Atau
setidak-tidaknya, kesadarannya rendah. Orang yang demikian ini, suatu kali akan
bisa “terjatuh” dalam persoalan yang sama bahkan berkali kali.
Sebaliknya, orang yang sadar, adalah orang
yang bisa “Melihat” dan “Merasakan” makna atas kejadian tertentu. Dia bisa
menhambil pelajaran dari kejadian itu. Dia peka, bahwa di balik kejadian itu
ada MAKNA”. Dia juga paham, bahwa kejadian itu bukanlah sesuatu yang kebetulan
terjadi. Dia berhasil “melihat” dan “memahami” bahkan “merasakan”, bahwa ada
“SUATU KEKUATAN” yang hadir dibalik kejadian itu. Maka inilah orang yang
“SADAR” itu.
Untuk mencapai tingkat kesadaran yang
demikian tinggi, butuh proses yang sangat panjang. Dan latihan bertahun-tahun.
Bahkan mungkin berpuluh tahun, sepanjang kehidupan. Itulah yang kita lakukan
lewat ibadah shalat. Shalat adalah sebuah proses amalan,
sekaligus latihan untuk membangun kualitas kesadaran. Diharapkan dengan shalat
yang baik terus-menerus dan berulang-ulang, kualitas kesadaran kita akan
meningkat. Sehingga akhirnya, kita bisa “bertemu” Allah dalam seluruh penjuru kehidupan
kita.
Rasulullah Saw telah ”bertemu” dengannya,
didalam perjalanan Isra’Mi’raj. Beliau mengajarkan kepada kita, kalau kita
ingin bertemu dengannya, lakukanlah shalat. Didalam shalat itulah kita bakal
bertemu dengannya. Kapan ? ketika seluruh kesadaran memuncak dalam kehusyukan
tertinggi dalam shalat kita. Maka, ketika makna shalat telah terefleksi
dalam kehidupan kita, Allah bakal hadir diseluruh penjuru peristiwa yang kita
alami. Didalamnya ada dzikirullah dan do’a, yang mengalir sepanjang tarikan dan
hembusan nafas kita. Tidak
ada lagi waktu yang terbuang percuma. Seluruhnya berisi puji-pujian untuk
mengagungkan DZAT yang maha perkasa, seiring tasbihnya bermiliar-miliar
malaikat dan bertriliun benda-benda di
alam semesta. Itulah saat-saat kita terpesona di Sidratul Muntaha.
Karya_ Ir Agus Mustofa
terpesona di SIDRATUL MUNTAHA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar