Kisah
Hikmah
Dari segi usia Shobar
sudah cukup matang untuk membina rumah tangga. Pengabdiannya sebagai guru
madrasah disebuah pondok pesantren tidak usah diragukan lagi, sebab ketika ia
berstatus santri ia selalu memegang prinsip sami’na wa atho’na (kami
mendengar dan kami menaati). Jadi
tidak heran jika ia termasuk santri yang disayang. Disuruh mengisi pengajian ia
berangkat, diminta mengisi khutbah jumat ia menurut, bahkan tidak segan
bercocok tanam dan membagikan hasilnya kepada sang kiai.
Musin nikah tahun ini ia termasuk salah seorang yang
masuk radar panitia. Kasak-kusuk diantara santri yang berstatus ustadz tidak
dapat dihindari, namun bagi Shobar semua itu dianggapnya angin lalu. Ia tidak
ingin membicarakan nikah, yang terpenting baginya mengabdi, belajar, dan
mengajar.
Suatu ketika usai menunaikan sholat Isya ia dipanggil
sang kiai, ia didudukan didepan sang
guru. “Shobar, kamu sudah waktunya menikah,” ujar sang kiai.
“saya tidak mau menikah,” jawabnya spontan. “saya kesini
bukan bermaksut untuk menikah, kiai. Saya kesini ingin belajar.”
“tapi ini juga termasuk ketaatan yang aku ajarkan kepadamu.”
Usai dari percakapan itu Shobar menjadi panas dingin. Ia mencoba
menenang-nenangkan dirinya, tapi usahanya gagal. Jika ada perintah paling berat
yang pernah ia terima, maka perintah menikah adalah amanah yang paling berat. Pada
akhirnya waktu yang terus bergulir menghantarkan Shobar pada pelaminan. “Padahal
waktu itu saya hanya modal celana kolor saja, mana uang dikantong juga kosong,’
ujarnya bercerita. Toh pada akhirnya terucap ijab-kabul bertanda sahnya
pernikahan itu.
Untuk pertama kalinya Shobar berhadapan-hadapan dengan
wanita yang kini telah berstatus istri. Catat disini, pertama ia tidak pernah
pacaran dan sama sekali tidak kenal dengan wanita yang kini dihadapannya. Kedua,
karena ini perintah kiai, sehingga ia tidak berani berandai-andai sebab
modalnya hanya ketaattan saja. orang bilang taat bongkoan. Ketiga, selanjutnya
terserah mereka berdua.
Tetapi Shobar terkejut setelah melihat wanita yang
menjadi istrinya. Ia merasa tidak asing dengan wanita tersebut. Ia terbengong-bengong
ketika memperhatikan sajadah sholat, dan kerudung sang istri. Ternyata ia
adalah wanita yang beberapa kali pernah mengisi kembang tidurnya. Mimpi yang
menjadi kenyataan.
“jika kita taat dalam menjalankan perintah agama semua
menjadi mudah,” ujar Shobar memberi petuah. Bahkan sangking mudahnya. Shobar termasuk
yang paling cepat punya anak diantara sesama santri yang ikut mubarokah. dan
sangking mudahnya, ia termasuk yang paling cepat punya menantu dan cucu, sebab
anak pertamanya adalah perempuan.Nah…,?
Edisi Rabiul
Awal 1433 H / Maret 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar