Sabtu, 13 April 2013

Ia Wanita Yang Ada dalam Mimpi


Kisah Hikmah
Dari segi usia Shobar sudah cukup matang untuk membina rumah tangga. Pengabdiannya sebagai guru madrasah disebuah pondok pesantren tidak usah diragukan lagi, sebab ketika ia berstatus santri ia selalu memegang prinsip sami’na wa atho’na (kami mendengar dan kami menaati). Jadi tidak heran jika ia termasuk santri yang disayang. Disuruh mengisi pengajian ia berangkat, diminta mengisi khutbah jumat ia menurut, bahkan tidak segan bercocok tanam dan membagikan hasilnya kepada sang kiai.
            Musin nikah tahun ini ia termasuk salah seorang yang masuk radar panitia. Kasak-kusuk diantara santri yang berstatus ustadz tidak dapat dihindari, namun bagi Shobar semua itu dianggapnya angin lalu. Ia tidak ingin membicarakan nikah, yang terpenting baginya mengabdi, belajar, dan mengajar.
            Suatu ketika usai menunaikan sholat Isya ia dipanggil sang kiai,  ia didudukan didepan sang guru. “Shobar, kamu sudah waktunya menikah,” ujar sang kiai.
            “saya tidak mau menikah,” jawabnya spontan. “saya kesini bukan bermaksut untuk menikah, kiai. Saya kesini ingin belajar.”
            “tapi ini juga termasuk ketaatan yang aku ajarkan kepadamu.”
            Usai dari percakapan itu Shobar menjadi panas dingin. Ia mencoba menenang-nenangkan dirinya, tapi usahanya gagal. Jika ada perintah paling berat yang pernah ia terima, maka perintah menikah adalah amanah yang paling berat. Pada akhirnya waktu yang terus bergulir menghantarkan Shobar pada pelaminan. “Padahal waktu itu saya hanya modal celana kolor saja, mana uang dikantong juga kosong,’ ujarnya bercerita. Toh pada akhirnya terucap ijab-kabul bertanda sahnya pernikahan itu.
            Untuk pertama kalinya Shobar berhadapan-hadapan dengan wanita yang kini telah berstatus istri. Catat disini, pertama ia tidak pernah pacaran dan sama sekali tidak kenal dengan wanita yang kini dihadapannya. Kedua, karena ini perintah kiai, sehingga ia tidak berani berandai-andai sebab modalnya hanya ketaattan saja. orang bilang taat bongkoan. Ketiga, selanjutnya terserah mereka berdua.
            Tetapi Shobar terkejut setelah melihat wanita yang menjadi istrinya. Ia merasa tidak asing dengan wanita tersebut. Ia terbengong-bengong ketika memperhatikan sajadah sholat, dan kerudung sang istri. Ternyata ia adalah wanita yang beberapa kali pernah mengisi kembang tidurnya. Mimpi yang menjadi kenyataan.
            “jika kita taat dalam menjalankan perintah agama semua menjadi mudah,” ujar Shobar memberi petuah. Bahkan sangking mudahnya. Shobar termasuk yang paling cepat punya anak diantara sesama santri yang ikut mubarokah. dan sangking mudahnya, ia termasuk yang paling cepat punya menantu dan cucu, sebab anak pertamanya adalah perempuan.Nah…,?
Edisi Rabiul Awal 1433 H / Maret 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar